-->

KORBAN-KORBAN PEMBANGUNAN (Tilikan Terhadap Beberapa Kasus Kerusakan Lingkungan Di Tanah Air)

Dalam perkembangan perekonomian di seluruh Dunia, pada dasarnya masyarakat tidak lepas dari perkembangan industri dimana hal ini sering membawa dampak yang cukup besar bagi alam dan ekologi lingkungannya, hal ini sebagai bukti bahwa selama ini memang ada konflik kepentingan antara kepentingan ekonomi dan pelestarian alam. Banyak kasus – kasus pencemaran lingkungan oleh Perusahaan – perusahaan besar diseluruh dunia yang berdampak pada kelangsungan hidup manusia, hewan dan tumbuhan yang mana bukti – bukti pencemaran tersebut diperlihatkan oleh perubahan fisiologisnya.
Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo pernah menyebutkan bahwa polusi di negara-negara maju timbul karena kemakmuran yang melimpah ruah ( “pollution of affluence”). Sedangka pencemaran di negara-negara berkembang justru timbul karena kemiskinan (“pollution of poverty”). Menurut George Junus Aditjondro (GJA) di indonesia sudah muncul dua-duanya.
Berikut merupakan contoh dari Gejala/ bukti dari dampak tersebut dirasakan dan diperlihatkan oleh Tumbuhan, Hewan dan Manusia.
1.         indikasi polusi pada tanaman

Penduduk di sekitar kilang aluminium di jepang (Prefektur Toyama) menanam kembang-kembang gladiol di kebun masing-masing dan membuat “peta polusi udara” berdasarkan perubahan wara (bintik-bintik korosif) pada bunga-bunga tersebut.  Polusi gas buangan kilang aluminium itu khususnya gas hydrogen flourida (HFI) yang sangat beracun tetapi mampu di pantau oleh spion yang cantik itu.
Polusi udara di dalam kota karena cerobong pabrik, asap kenal pot di pantau oleh penduduk kota dengan mencatat tempat dan jumlah pohon cemara yang mati serta lumut yang hilang dari batu nisan mau pun tembok-tembok yang lain.
Gerakan tersebut di dukung oleh surat kabar yomuri yang mempunyai jaringan nasional, intuk membagi-bagikan bibit bungan morning glory berwarna biru  untuk di tanam oleh para siswa. Bunga tersebut indicator hujan asam dan berdasarkan perubahan warna bunga itu berubah menjadi merah tua atau memuxat akobat pengaruh gas asam belerang (SO2).
Hilangnya kembang-kembang pohon zaitun (fraglant olive) serta kembang-kembang pohon jeruk mandarin di lereng gunung fuji untuk membuktikan penyebaran polusi udara dari kawasan industri yan sudah menyelimuti lereng selatan gunung suci orang jepang itu.
Polusi radio-aktif dari pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di daerah hamoka, dekat kota shizuoka di pantau menggunakan kembang berwarna lila yang umum disana 0 spiderwort (tradescantia spp) yang berubah warna flagellanya apabila tertimpuk oleh partikel-partikel radio aktif di udara.
Para nelayan dan pemakan ikan di sekitar pabrik yang pernah melepaskan limbah air raksa (Hg)keperairan, secara berkala memotong rambutnya sebagai sample untuk di periksa kandungan merkurinya.
2.         Indikasi polusi pada hewan dan manusia

Pada tahun 1959, Reynolds metal Company, perusahaan alaminium terbesar di Dunia membangun perusahaannya berdekatan dengan Kawasan Cagar Budaya Akwesasne, pabrik tersebut menghamburkan 125 Kg debu fluoride ke udara, akibatnya angin yang berhembus ke barat membawa debu ini ke Dataran Cornwall, tempat para Mohawk tinggal. alhasil, dalam waktu kurang 10 tahun sapi perahan yang berjumlah 400 ekor hanya tinggal separo. Rumput yang mengandung fluoride dalam jangka panjang melumpuhkan tulang dan gigi ternak. Sapi – sapi ini tidak kuat berdiri dan tak kuat minum dingin akibatnya produksi sapi menurun dan angka kelahiran sapi pun menurun. Bahkan hal ini terjadi pada manusia dimana penyakit Skeletal Fluorosis menyerang bayi – bayi Mohawk pada dataran cornwall ini.
Dalam kisah yang lain, Masyarakat disekitar Pabrik Tapioka di Kabupaten Ciamis dimana mereka biasa menggantungkana sumber air untuk minum, mandi, MCK, perikanan darat, sumber protein, irigasi, dsb dari Sungai Cikembulan, kehilangan manfaat dari sungai ini sejak kehadiran Pabrik Tapioka, dimana mereka membuang limbah tapioka yang notabene mengandung banyak zat beracun seperti HCN (sianida) disamping juga polusi lingkungan yang diakibatkan oleh limbah pabrik, alhasil banyak warga meninggal terkena wabah  muntaber dan malaria.
3.         Indikasi pada Ikan
Di amati dari sungai Cikembulan bahwa beberapa jenis ikan tidak ditemukan pada sungai ini, namun beberapa ikan yang tahan terhadap pencemaran asam sianida (HCN) masih tetap bertahan dengan berbagai penyesuaian contohnya adalah ikan gabus, ikan ini berubah warna dari kelabu menjadi hitam.
Peran Kelompok Peduli
Masalah pokok yang berpulang kepada para ahli ilmu hayat murni dan terapan adalah : dapatkah ilmu  - ilmu pengetahuan alam ini di abdikan dan diabadikan untuk kelompok – kelompok masyarakat rentan (Vulnerable) yang paling menderita dalam kasus – kasus konflik lingkungan yang makin sering melanda masyarakat kita yang dijangkiti demam industrialisasi?
Dapatkah ilmu – ilmu pengetahuan alam menjadi sarana advokasi kepentingan kelompok lemah? Karena pada dasarnya dampak dari setiap hasil – hasil pembangunan, baik Pembangunan Industri, pembabatan hutan untuk kepentingan Industrialisasi bahkan Transmigrasi yang menjadi bagian dari kebijakan Nasional itu membawa dampak yang kurang baik bagi Masyarakat sekitar/ Penduduk asli. Sebagai contoh adalah :
a.         Rusaknya lingkungan dan turunnya kualitas hidup masyarakat.
b.        Banjir bandang, tanah longsor dan bencana alam lainnya sebagai akibat dari penggundulan hutan.
c.         Kawin kontrak (meski hanya sebagian kecil) yang kemudian ditinggalkan begitu saja anak dan istrinya.
d.        Konflik antara kepentingan penduduk lokal terhadap kepentingan industri.
e.        Terusirnya suaka alam.
f.          Pada umumnya pengusaha hanya mencari untung semata tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan, begitu sumber daya telah habis kemudian ditinggalkan begitu saja.
g.         Terusirnya penduduk lokal karena persaingan keterampilan hidup sebagai dampak dari Transmigrasi.
h.        Musnahnya sumber penghidupan warga masyarakat setempat karena pembukaan lahan untuk transmigrasi.
Dari masing – masing kasus yang terjadi telah ada advokasi dari kelompok peduli lingkungan, di Indonesia telah bergerak beberapa Aktivis Lingkungan seperti  KSPL IPB, KAPA FTUI, Ornop, KSLH Tomou Tou, WALHI, YPMD Irja, dsb. Akan tetapi sesuatu hal yang harus diperhatikan dalam mengamati dampak fisik dan sosial masih perlu ditingkatkan, karena seringnya para aktivis lingkungan memiliki kecenderungan sebagai berikut :
a.         terlalu mendramatisir penderitaan para korban
b.        menganggap semua proyek besar selalu berbahaya (big is bad)
c.         menganggap bahwa dibalik setiap proyek selalu ada penyelewengan yang disengaja/ direncanakan.

Dilema Industrialisasi
Pembangunan pabrik besar dan kecil di Seluruh Dunia memiliki tujuan dalam rangka menciptakan lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan daya saing Daerah bahkan Nasional, dalam hal ini sering terabaikannya aspek lingkungan bahkan sosial sehingga masalah lingkungan dan sosial sering tak dapat dihindarkan. 
Bentuk pertanggungjawaban Pemodal kuat terhadap Masyarakat lemah terkadang belum dapat diupayakan/ dimaksimalkan. bahkan di Indonesia, keberadaan Industri ini justru memiliki makna penting dalam rangka meningkatkan perekonomian warga masyarakat sekitar sekalipun harus di bayar mahal dengan rusaknya lingkungan yang berakibat pada penurunan kualitas hidup, bahkan penebangan yang ada dianggap sebagai simbiosis mutualisme karena masyarakat tidak perlu menebang kayu untuk menanam padi gogo.


Bahkan dalam beberapa kasus sering diindikasikan bahwa Pemerintah memiliki kepeberpihakan kuat terhadap Industri yang “bermasalah” sekalipun masyarakat miskin disekitarnya yang menanggung dampak yang cukup besar dalam kehidupannya. Hal ini yang mungkin perlu ditinjau kembali posisi dari Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dan bentuk pertanggungjawaban perusahaan yang bersangkutan bila ternyata kenyataan tidak sesuai dengan hasil dari Dokumen AMDAL tersebut.   

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel