KORBAN-KORBAN PEMBANGUNAN (Tilikan Terhadap Beberapa Kasus Kerusakan Lingkungan Di Tanah Air)
Tuesday, 17 January 2017
Edit
Dalam perkembangan perekonomian di
seluruh Dunia, pada dasarnya masyarakat tidak lepas dari perkembangan industri
dimana hal ini sering membawa dampak yang cukup besar bagi alam dan ekologi
lingkungannya, hal ini sebagai bukti bahwa selama ini memang ada konflik
kepentingan antara kepentingan ekonomi dan pelestarian alam. Banyak kasus –
kasus pencemaran lingkungan oleh Perusahaan – perusahaan besar diseluruh dunia
yang berdampak pada kelangsungan hidup manusia, hewan dan tumbuhan yang mana
bukti – bukti pencemaran tersebut diperlihatkan oleh perubahan fisiologisnya.
Prof.
Dr. Sumitro Djojohadikusumo pernah menyebutkan bahwa polusi di negara-negara
maju timbul karena kemakmuran yang melimpah ruah ( “pollution of affluence”).
Sedangka pencemaran di negara-negara berkembang justru timbul karena kemiskinan
(“pollution of poverty”). Menurut George Junus Aditjondro (GJA) di indonesia
sudah muncul dua-duanya.
Berikut
merupakan contoh dari Gejala/ bukti dari dampak tersebut dirasakan dan
diperlihatkan oleh Tumbuhan, Hewan dan Manusia.
1.
indikasi polusi pada tanaman
Penduduk di sekitar kilang aluminium di jepang
(Prefektur Toyama) menanam kembang-kembang gladiol di kebun masing-masing dan
membuat “peta polusi udara” berdasarkan perubahan wara (bintik-bintik korosif)
pada bunga-bunga tersebut. Polusi gas
buangan kilang aluminium itu khususnya gas hydrogen flourida (HFI) yang sangat
beracun tetapi mampu di pantau oleh spion yang cantik itu.
Polusi udara di dalam kota karena cerobong pabrik, asap
kenal pot di pantau oleh penduduk kota
dengan mencatat tempat dan jumlah pohon cemara yang mati serta lumut yang
hilang dari batu nisan mau pun tembok-tembok yang lain.
Gerakan tersebut di dukung oleh surat kabar yomuri yang mempunyai jaringan
nasional, intuk membagi-bagikan bibit bungan morning glory berwarna biru untuk di tanam oleh para siswa. Bunga
tersebut indicator hujan asam dan berdasarkan perubahan warna bunga itu berubah
menjadi merah tua atau memuxat akobat pengaruh gas asam belerang (SO2).
Hilangnya kembang-kembang pohon zaitun (fraglant olive)
serta kembang-kembang pohon jeruk mandarin di lereng gunung fuji untuk
membuktikan penyebaran polusi udara dari kawasan industri yan sudah menyelimuti
lereng selatan gunung suci orang jepang itu.
Polusi radio-aktif dari pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) di daerah hamoka, dekat kota shizuoka di pantau menggunakan kembang
berwarna lila yang umum disana 0 spiderwort (tradescantia spp) yang berubah
warna flagellanya apabila tertimpuk oleh partikel-partikel radio aktif di
udara.
Para nelayan dan pemakan ikan di sekitar pabrik yang
pernah melepaskan limbah air raksa (Hg)keperairan, secara berkala memotong
rambutnya sebagai sample untuk di periksa kandungan merkurinya.
2.
Indikasi polusi pada hewan dan manusia
Pada tahun 1959, Reynolds metal Company, perusahaan
alaminium terbesar di Dunia membangun perusahaannya berdekatan dengan Kawasan
Cagar Budaya Akwesasne, pabrik tersebut menghamburkan 125 Kg debu fluoride ke
udara, akibatnya angin yang berhembus ke barat membawa debu ini ke Dataran
Cornwall, tempat para Mohawk tinggal. alhasil, dalam waktu kurang 10 tahun sapi
perahan yang berjumlah 400 ekor hanya tinggal separo. Rumput yang mengandung
fluoride dalam jangka panjang melumpuhkan tulang dan gigi ternak. Sapi – sapi
ini tidak kuat berdiri dan tak kuat minum dingin akibatnya produksi sapi
menurun dan angka kelahiran sapi pun menurun. Bahkan hal ini terjadi pada
manusia dimana penyakit Skeletal Fluorosis menyerang bayi – bayi Mohawk pada
dataran cornwall ini.
Dalam kisah yang lain, Masyarakat disekitar Pabrik
Tapioka di Kabupaten Ciamis dimana mereka biasa menggantungkana sumber air
untuk minum, mandi, MCK, perikanan darat, sumber protein, irigasi, dsb dari
Sungai Cikembulan, kehilangan manfaat dari sungai ini sejak kehadiran Pabrik
Tapioka, dimana mereka membuang limbah tapioka yang notabene mengandung banyak
zat beracun seperti HCN (sianida) disamping juga polusi lingkungan yang
diakibatkan oleh limbah pabrik, alhasil banyak warga meninggal terkena
wabah muntaber dan malaria.
3.
Indikasi pada Ikan
Di amati dari sungai Cikembulan bahwa beberapa jenis
ikan tidak ditemukan pada sungai ini, namun beberapa ikan yang tahan terhadap
pencemaran asam sianida (HCN) masih tetap bertahan dengan berbagai penyesuaian
contohnya adalah ikan gabus, ikan ini berubah warna dari kelabu menjadi hitam.
Peran Kelompok Peduli
Masalah pokok yang berpulang kepada para ahli ilmu hayat murni dan
terapan adalah : dapatkah ilmu - ilmu
pengetahuan alam ini di abdikan dan diabadikan untuk kelompok – kelompok
masyarakat rentan (Vulnerable) yang paling menderita dalam kasus – kasus
konflik lingkungan yang makin sering melanda masyarakat kita yang dijangkiti
demam industrialisasi?
Dapatkah ilmu – ilmu pengetahuan alam menjadi sarana advokasi kepentingan
kelompok lemah? Karena pada dasarnya dampak dari setiap hasil – hasil
pembangunan, baik Pembangunan Industri, pembabatan hutan untuk kepentingan
Industrialisasi bahkan Transmigrasi yang menjadi bagian dari kebijakan Nasional
itu membawa dampak yang kurang baik bagi Masyarakat sekitar/ Penduduk asli.
Sebagai contoh adalah :
a.
Rusaknya lingkungan dan
turunnya kualitas hidup masyarakat.
b.
Banjir bandang, tanah longsor
dan bencana alam lainnya sebagai akibat dari penggundulan hutan.
c.
Kawin kontrak (meski hanya
sebagian kecil) yang kemudian ditinggalkan begitu saja anak dan istrinya.
d.
Konflik antara kepentingan
penduduk lokal terhadap kepentingan industri.
e.
Terusirnya suaka alam.
f.
Pada umumnya pengusaha hanya
mencari untung semata tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan, begitu
sumber daya telah habis kemudian ditinggalkan begitu saja.
g.
Terusirnya penduduk lokal
karena persaingan keterampilan hidup sebagai dampak dari Transmigrasi.
h.
Musnahnya sumber penghidupan
warga masyarakat setempat karena pembukaan lahan untuk transmigrasi.
Dari masing – masing kasus yang terjadi telah ada advokasi dari
kelompok peduli lingkungan, di Indonesia telah bergerak beberapa Aktivis
Lingkungan seperti KSPL IPB, KAPA FTUI,
Ornop, KSLH Tomou Tou, WALHI, YPMD Irja, dsb. Akan tetapi sesuatu hal yang
harus diperhatikan dalam mengamati dampak fisik dan sosial masih perlu
ditingkatkan, karena seringnya para aktivis lingkungan memiliki kecenderungan
sebagai berikut :
a.
terlalu
mendramatisir penderitaan para korban
b.
menganggap
semua proyek besar selalu berbahaya (big is bad)
c.
menganggap
bahwa dibalik setiap proyek selalu ada penyelewengan yang disengaja/ direncanakan.
Dilema Industrialisasi
Pembangunan pabrik besar dan kecil di Seluruh
Dunia memiliki tujuan dalam rangka menciptakan lapangan kerja dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan daya saing Daerah bahkan
Nasional, dalam hal ini sering terabaikannya aspek lingkungan bahkan sosial
sehingga masalah lingkungan dan sosial sering tak dapat dihindarkan.
Bentuk pertanggungjawaban Pemodal kuat terhadap
Masyarakat lemah terkadang belum dapat diupayakan/ dimaksimalkan. bahkan di
Indonesia, keberadaan Industri ini justru memiliki makna penting dalam rangka
meningkatkan perekonomian warga masyarakat sekitar sekalipun harus di bayar
mahal dengan rusaknya lingkungan yang berakibat pada penurunan kualitas hidup,
bahkan penebangan yang ada dianggap sebagai simbiosis mutualisme karena
masyarakat tidak perlu menebang kayu untuk menanam padi gogo.
Bahkan dalam beberapa kasus sering diindikasikan
bahwa Pemerintah memiliki kepeberpihakan kuat terhadap Industri yang
“bermasalah” sekalipun masyarakat miskin disekitarnya yang menanggung dampak
yang cukup besar dalam kehidupannya. Hal ini yang mungkin perlu ditinjau
kembali posisi dari Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) dan bentuk
pertanggungjawaban perusahaan yang bersangkutan bila ternyata kenyataan tidak
sesuai dengan hasil dari Dokumen AMDAL tersebut.